Jembatan Unik di Peru – Jembatan merupakan salah satu jalan akses untuk menuju ke tempat beraktivitas. Tanpa adanya jembatan yang mampu menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lainnya tentu saja membawa keberuntungan bagi yang memilikinya. Apalagi jika jembatan itu adalah sebuah gambaran jembatan tersebut tidak pernah dimiliki oleh jaman kuno. Sebuah jembatan yang memiliki deisgn yang unik tentu saja menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk para tamu yang datang. Tidak heran jika para tamu yang datang akan kagum dengan sebuah jembatan yang dimiliki sebagai salah satu akses untuk menghubungkan antara satu daerah dengan lainnya.
Di peru terdapat sebuah wariasn sejarah yang sampai detik ini masih digunakan. Warisan sejarah tersebut adalah sebuah jembatan yang terbuat dari sebuah anyaman rumput. Jembatan ini meskipun sudah cukup tua, akan tetapi jembatan ini memiliki fungsi yang cukup baik. Jembatan tambang ini merupakan jembatan yang sudah lebih dari 600 tahun digunakan untuk menyeberang. Meskipun terlihat betul bahwa resiko cukup besar ketika menyeberang menggunakan jembatan tambang, namun nilai sejarah dari penggunaan jembatan ini tentu saja masih sangat melekat erat. Itulah sebabnya mengapa jembatan ini masih sangat dirawat oleh warga peru sebagai salah satu media untuk menyeberang. Tentu saja hal ini dilakukan juga sebagai bentuk menghargai warisan bersejarah dari jaman kerajaan kuno.
Jembatan tambang yang digunakan untuk menyeberang tersebut dianyam menggunakan tangan untuk mendapatkan struktur jembatan yang kuat. Sehingga untuk menyeberang sudah tidak takut lagi. Jembatan tambang tersebut ditetapkan oleh unesco sebagai situs warisan dunia. Jembatan ini sudah lama menghubungkan orang dan membantu orang untuk menyeberang. Jembatan ini menghubungkan antar kota yang ada di peru. Jembatan tersebut bukan banya berfungsi sebagai media penghubung antar kota saja di peru akan tetapi menjadi sebuah tradisi yang saat ini masih dipertahankan. Tradisi menggunakan jembatan anyaman untuk menyeberang sudah dilakukan hingga saat ini. Sehingga sebagai situs warisan dunia setiap tahunnya warga akan berbondong-bondong membuat anyaman jembatan tersebut.
Meskipun dikatakan sebagai bagian dari tradisi, akan tetapi untuk membuat jembatan anyaman tersebut tidaklah mudah. Membutuhkan tenaga banyak orang. Diperlukan banyak orang untuk membentangkan tambang di kedua sisi tambang. Kemudian para warga akan berbondong-bondong dan bergotong royong untuk membuat jembatan anyaman yang sudah menjadi bagian dari warisasn tradisi. Di dalam tradisi yang dilakukan setiap tahunnya ini tidak hanya melibatkan kaum pria saja untuk membuat jembatan anyaman rumput, akan tetapi juga melibatkan kaum wanita untuk membuat anyaman jembatan. Semua saling bekerjasama untuk membuat anyaman jembatan rumput hingga benar-benar jadi dan siap untuk digunakan sebagai infrastruktur untuk menyeberang.
Struktur anyaman jembatan yang lama tidak dibuang begitu saja. Akan tetapi jembatan anyaman tersebut dipotong kemudian dibiarkan hanyut terbawa air sungai. Melakukan hal ini tentu bukan tanpa alasan. Sebab anyaman ini terbuat dari rumput. Sehingga meskipun dibiarkan hanyut terbawa arus air tidak menjadi masalah. Sebab air sungai akan mengurai anyaman tersebut hingga rumput anyaman tersebut menjadi membusuk dengan sendirinya. Ketika kegiatan sedang berlangsung, tidak lupa warga juga membawa kayu bakar kemudian membakar lauk pauk beserta kentang sebagai makanan pendamping ketika sedang menganyam rumput menjadi jembatan. Makanan yang dimakan oleh warga merupakan hasil kebun yang ditanam sendiri oleh para warga untuk dinikmati bersama. Lauk yang dimakan bisa berupa ikan, ayam dan juga beberapa lauk lainnya yang sengaja dipersiapkan oleh warga untuk prosesi menganyam jembatan.