Menteri Pertahanan Kolombia Mundur Akibat Tekanan Politik – Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa setiap negara memiliki permasalahannya sendiri, begitu pula dengan Kolombia. Kolombia yang merupakan salah satu negara di Amerika Selatan ini sedang mengalami politik yang cukup mencekam. Guillermo Botero yang merupakan seorang Menteri Pertahaman Kolombia harus mengundurkan diri dari jabatannya akibat tekanan politik yang ia rasakan. Pria berusia 71 tahun ini merasa terpukul dengan tekanan yang ia alami. Para senator lain menuduh Guillermo Botero menyembunyikan beragam informasi yang berkaitan dengan anak-anak korban pemboman yang dilakukan oleh pemberontak FARC atau Revolutionary Armed Forcesof Colombia. Di dalam tuduhan yang ia terima, Guillermo Botero menyangkal bahwa ia melakukan tindakan yang ilegal. Guillermo Botero merasa bahwa di dalam memerangi FARC merupakan operasi militer yang sah dan Guillermo Botero tidak mengetahui bahwa ada beberapa anak-anak yang berada di kamp FARC.
Menurut informasi yang berkaitan dengan operasi militer yang dilakukan oleh Guillermo Botero, ada 8 orang anak yang meninggal dan merupakan korban dari operasi militer. Orang-orang yang memiliki pertentangan dengan Guillermo Botero menuduhnya bahwa ia telah melakukan pembunuhan terhadap 2 mantan anggota FARC ketika mengalami penahanan oleh militer. Tindakan yang dilakukan oleh Guillermo Botero dianggap merupakan tindakan yang melanggar hak asasi. Tindakannya tersebut dinilai tidak pantas dengan jabatan yang ia emban sebagai menteri pertahanan. Bulan September lalu, pemerintah Kolombia mempertahankan laporan yang menyebutkan bahwa pemerintah Venezuela memberikan dukungan kepada penyelundup narkoba dan kelompok geriliyawan. Baik partai moderat dan partai kiri yang sebelumnya memberikan dukungan kepada Guillermo Botero memberikan dukungannya kepada kongres akan langkah-langkah apa yang akan dilakukan oleh kongres terhadap Guillermo Botero. Langkah kongres menjelaskan bahwa presiden Kolombia harus menyingkirkan Guillermo Botero dari jabatannya sebagai menteri pertahanan.
Sang presiden Kolombia, Ivan Duque tidak memiliki kekuasan dan suara mayoritas di parlemen guna melindungi posisi Guillermo Botero. Sang presiden hanya mendapatkan dukungan dari partai konservatif dan partai yang mendukungnya selama ini. Apabila Guillermo Botero mundur dari jabatannya sebagai menteri pertahanan, ia merupakan menteri pertama Kolombia yang tersingkir akibat kecaman yang dilakukan oleh kongres. Kritikan besar-besaran ditujukan kepada Guillermo Botero. Tidak hanya kritikan terhadap kasus anak-anak yang meninggal, Guillermo Botero dituduh telah menewaskan 14 orang ketika menjalankan aksinya pada saat melakukan serangan udara kepada kelompok FARC. FARC sendiri merupakan sekelompok orang yang sebelumnya telah melakukan perjanjian dengan pemerintahan Kolombia untuk menjalankan aksi damai. Namun, ada beberapa pihak dari FARC yang melakukan perlawanan dan beberapa pihak yang menjalankan bisnis dan bisnis narkoba. Karena hal inilah, Guillermo Botero yang berperan sebagai menteri pertahanan berupaya untuk menindaklanjuti kelompok FARC dengan cara melakukan serangan militer.